Hariannews.id, Surabaya – Ribuan kilogram buah segar yang baru saja diimpor harus membusuk sia-sia. Semua karena lambatnya sidang pemaparan Balai Karantina yang membuat seorang pengusaha nyaris merugi ratusan juta rupiah.
Seorang pengusaha buah-buahan asal Jawa Timur mengungkapkan kekecewaannya terhadap lambatnya proses sidang pemaparan di Balai Karantina Pusat. Akibat alur yang berbelit dan lamanya proses antrian, ia hampir mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. Menurutnya, keterlambatan ini sangat merugikan terutama untuk produk buah segar yang memiliki masa simpan sangat terbatas.
Dalam keterangan yang disampaikan, pengusaha tersebut menceritakan bahwa ia mendapatkan nomor antrian 140-an, sedangkan sidang baru berjalan di nomor 60-an. Dengan kecepatan sidang yang begitu lambat, buah-buahan yang seharusnya segera dipasarkan malah harus tertahan dalam masa pengawasan. Kondisi ini membuat kualitas buah berisiko menurun drastis, bahkan bisa menyebabkan kerusakan total.
“Ini kacau mas, mereka sidang sehari cuma satu pabrik. Sedangkan mas Fais tau sendiri, buah itu gak bisa nunggu lama. Kita ini kejar-kejaran sama waktu, mas. Kalau begini siapa yang bertanggung jawab?” keluh pengusaha tersebut dengan nada tinggi, mengekspresikan rasa frustrasinya.
Menurut pengusaha itu, sistem yang berjalan saat ini sudah tidak relevan dengan kebutuhan di lapangan. Ia menilai Balai Karantina perlu melakukan evaluasi terhadap mekanisme sidang agar lebih ramah terhadap produk cepat rusak seperti buah segar. “Kalau sistemnya terus kayak gini, kasihan pengusaha-pengusaha kecil yang modalnya terbatas,” tambahnya.
Ia berharap adanya percepatan dalam proses sidang pemaparan, misalnya dengan meningkatkan jumlah sidang per hari atau memprioritaskan komoditas yang rentan rusak terlebih dahulu. Menurutnya, efisiensi waktu adalah kunci utama dalam menjaga mutu produk dan menghindari kerugian besar di sektor agribisnis ini.
Masalah ini menjadi sorotan penting bagi pemerintah dan instansi terkait untuk segera melakukan reformasi dalam prosedur karantina. Jika tidak segera diatasi, dikhawatirkan kasus serupa akan terus terjadi dan mengganggu stabilitas pasokan buah-buahan segar di pasar domestik.
Apa pemerintah akan tinggal diam melihat jeritan ini? Atau justru membiarkan kerugian terus berulang?