Daerah

Warga Desa Sambangan Kecamatan Babat Gelar Sedekah Bumi Untuk Tolak Balak

1383
×

Warga Desa Sambangan Kecamatan Babat Gelar Sedekah Bumi Untuk Tolak Balak

Sebarkan artikel ini

Lamongan.hariannews.id- Berbagai upacara tradisi menjadi salah satu gelaran khas desa yang sarat dengan adat sebagai kearifan lokal. Bukan hanya sebagai selebrasi saja, masyarakat desa mengambil sikap ‘lelaku’ dalam setiap peristiwa budaya di wilayahnya. (31/7/23)

Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sambangan, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan. Masyarakat berbondong-bondong menggelar prosesi adat Sedekah Bumi yang diperingati setiap setahun sekali.
Kepala Desa Sulistyowati, mengatakan jika upacara adat ini selalu digelar setiap tahun.

Menurutnya, sedekah bumi merupakan ritual tahunan untuk memberikan penghargaan atas anugerah Tuhan yang telah memberikan kesuburan alam dan upaya penolakan terhadap segala bencana.

“Ini bentuk ucapan syukur kami kepada Tuhan. Bahwa kami selalu diberi keselamatan dan dijauhkan dari bencana. Selain itu, juga atas kesuburan tanah yang kami olah,” kata Kades Sulistyowati saat ditemui, hariannews.id.

Kades Sulistyowati menuturkan, setiap gelaran sedekah bumi, pihaknya selalu menggelar acara wayang kulit dan tayub (Gambyong/red). Menurut dia, kegiatan tersebut merupakan tradisi yang sudah diturunkan oleh nenek moyang sejak masa lampau.

Dalam prosesinya, gelaran tayub tersebut juga tidak bisa dilaksanakan secara sembarangan. Menurut kades Sulistyowati, jika salah dalam prosesi maka bisa berakibat fatal seperti gagal panen.

Menambahkan, Ketua Panitia sedekah bumi, Sapuan, mengatakan persiapan gelaran tradisi tersebut dilakukan sebulan sebelum acara.
Menurutnya, hal itu perlu dilakukan agar acara berlangsung lancar tanpa kendala.

Ketua panitia kali itu menerangkan, sebelum acara inti, masyarakat terlebih dahulu menziarahi makam-makam leluhur.

Kemudian, dilanjutkan dengan pemotongan hewan kerbau untuk diolah dan disantap bersama.

“Setelah itu, acara dimulai Sabtu sore dengan memulai hajat dan menggelar prosesi wayang kulit, kemudian, baru gelaran dimulai hingga malam,” terangnya.

Sapuan mengatakan setiap gelaran sedekah bumi selalu diikuti dengan doa-doa dari seluruh masyarakat.

Kata dia, doa selalu bergantung pada situasi dan kondisi alam sekitar. Menurutnya, semua doa dilantunkan untuk kebaikan masyarakat.

“Misal seperti sekarang ini, musim kemarau. Masyarakat meminta hujan agar diturunkan untuk tanaman mereka dapat air. Jika musim hujan, masyarakat meminta saat hajat dilangsungkan dapat diberi keamanan,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan